Sebelumnya aku belum pernah baca OMEN series. Buku yang ketujuh, sekaligus buku yang terakhir dari series OMEN ini adalah seriesnya yang pertama kali aku baca. Aku tertarik membacanya selain karena genrenya yang thriller--kebetulan aku suka baca novel-novel ala detektif dan misteri--novel ini kayaknya juga populer. Kalau datang ke toko buku Gramedia, sering aku lihat anak-anak SMP dan SMA yang ngerubungin kumpulan dari novel-novel OMEN series ini. Makanya aku jadi penasaran. Apalagi pas lihat covernya yang isinya gambar dari wajah karakter-karakternya yang memakai seragram berdarah-darah. Kayaknya keren aja gitu. Dan akhirnya novel ini aku putuskan untuk membawanya pulang, setelah membayar di kasir tentunya. Hehe..
Novel terbitan Gramedia Pustaka ini memiliki ketebalan 510 halaman. Cukup tebal ya? Pada saat memegangnya aku mulai membayangkan pasti akan banyak cerita-cerita seru yang disajikan penulis di dalamnya. Ah, ya sebelum membaca ceritanya, aku juga menyempatkan waktu untuk membuka halaman awal sama halaman belakang. Biasanya di halaman-halaman ini terdapat kata sambutan atau biodata dari si penulis. Pada halaman awal, aku menemukan sebuah surat dari Lexi Xu untuk anaknya. Dan pada halaman belakang aku menemukan biodata dari si penulis sendiri. Juga ada ringkasan dari novel-novel OMEN series lainnya. langsung saja aku baca semuanya. Yang bikin aku makin penasaran untuk membaca ceritanya. Saat itu aku berniat menamatkannya hari itu juga. Biasanya novel-novel yang menarik minatku akan aku baca hingga tandas hari itu juga.
Pada bagian awal novel, jujur aja aku sangat tertarik membacanya. Karakter-karakter yang ada dalam novel ini menarik dan tampaknya sangat kuat sekali. Maksudnya mereka punya keunikan-keunikan mereka sendiri. Misalnya Nikki yang psychopat, Erika yang tomboy namun jenius, Rima yang katanya mirip sadako, Putri yang jutek namun punya kharisma, Aya si makelar yang matre, Damian yang sebetulnya baik namun menutupinya dari semua orang, Val yang low profile. Ada juga Gil, OJ, dan Vik. Terus juga ada karakter dari Jonathan yang dipanggil Om BR. Setiap bab berganti-ganti dengan POV dari setiap karakter yang aku sebutkan tadi. Dan menggunakan aku dalam setiap babnya, meskipun dalam kesehariannya terkadang karakter tersebut menggunakan Lo-Gue dengan teman-temannya.
Di awal memang sangat menarik. Pembaca bisa disuguhi dengan karakter yang berbeda-beda. Namun pas berada di tengah-tengah aku mulai merasa bosan. Ada beberapa sebab kenapa aku menjadi bosan membacanya. Pertama, meskipun para karakter terkadang melakukan tindakan sesuai dengan sifat mereka, penulis terlalu banyak menceritakan pikiran-pikiran si karakter. Semuanya diceritakan. Dan aku juga merasa alurnya terasa lambat sekali, terutama pada saat bagian awal menuju tengah. Peralihan antar karakter kayak nggak ada kejadian baru. Penulis menceritakan kejadian yang sama namun dengan sudut pandang karakter yang berbeda. Awalnya aku merasa terbantu sih, karena aku belum pernah membaca OMEN series sebelumnya. Paling tidak aku tahu kejadian-kejadian yang ada di series lainnya. Tetapi lama-kelamaan aku juga jadi bosan.
Kedua, aku merasa beberapa karakter nggak terlalu realistis jika dibandingkan dengan kehidupan nyata. Misalnya karakter para polisi yang setelah kejadian rumah Daniel diserang (bisa dilihat di halaman 161), mereka menggosipkan tentang Morgan atau Chef Juna yang ganteng. Aku sebelumnya belum pernah membaca series novel OMEN yang lainnya, jadi aku tidak tahu tentang karakter Inspektur Lukas ini atau para polisi lainnya. Tapi aku ngerasa kayaknya ada yang salah kalau seorang polisi dan terutama jika itu cowok, ngomongin soal selebritis mana yang ganteng. Meskipun ini adalah cerita fiksi, hanya saja menurutku agak terasa salah. Meskipun beberapa bagian yang nggak masuk akal ini emang lucu sih. Karena dalam kejadian nyata jika ini beneran terjadi, aku beneran bakal ngakak.
Pas bagian di tengah-tengah novel aku sempat berhenti membacanya. Mau melanjutkan pun malas. Padahal saat itu konflik utamanya baru dimulai. Namun akhirnya aku berusaha untuk menyelesaikan. Masih banyak novel-novel lainnya yang menunggu untuk dibaca soalnya, hehe. Dan setelah menyelesaikan novel ini, tidak mengecewakan kok. Aku suka sama endingnya yang nggak terlalu maksa.
Pada bagian konflik utama juga lumayan menarik minatku untuk menyelesaikan membaca novel ini. Mungkin karena setiap karakter saat itu terpisah-pisah jadi kejadian yang mereka alami berbeda, jadi penulis nggak mengulang kejadian yang sama untuk diceritakan. Bikin penasaran juga, karena aku pengin tahu apa yang terjadi pada setiap karakter pada pertempuran terakhir mereka dengan Nikki.
Endingnya juga keren. Kisah cinta Putri-Damian benar-benar nyesek ya. Lalu kisah cinta Val dan Les juga yang aku suka endingnya seperti itu. Penulis masih menyisakan misteri dan cerita yang belum terselesaikan pada akhir buku, yang bikin aku suka karena pembaca seperti aku bisa berimajinasi dan menebak-nebak apa yang terjadi pada setiap karakternya.
Kelebihan lainnya dari novel ini yaitu plotnya rapi banget. Nggak salah juga sih, penulis kan menyelesaikan dalam waktu setahun. Dan yang membuahkan hasil karena aku lihat ratingnya di goodreads dapat bintang 4 lebih. Keren banget kan? Meskipun yah, aku memberi rating 3,5 untuk novel ini. Kalau dari page 1 saat ini di review goodreads saat ini, aku lihat rata-rata memberikan rating 4 atau 5. Apa cuma aku yang ngasi rating 3 ya? Heheh. Tapi itu kembali lagi kepada penilaian setiap orang kan beda-beda yah.
Tapi serius deh, novel ini SANGAT layak untuk dibaca para remaja dan orang dewasa. Biasanya novel teenlit menceritakan tentang kisah percintaan melulu, kalo yang satu ini agak berbeda. Mungkin saat ini di dunia pernovelan Indonesia (ceilah), masih jarang banget novel teenlit yang bergenre thriller. Jadi yuk baca novelnya! :) (kok jadi promosi ya? -_-)
Novel terbitan Gramedia Pustaka ini memiliki ketebalan 510 halaman. Cukup tebal ya? Pada saat memegangnya aku mulai membayangkan pasti akan banyak cerita-cerita seru yang disajikan penulis di dalamnya. Ah, ya sebelum membaca ceritanya, aku juga menyempatkan waktu untuk membuka halaman awal sama halaman belakang. Biasanya di halaman-halaman ini terdapat kata sambutan atau biodata dari si penulis. Pada halaman awal, aku menemukan sebuah surat dari Lexi Xu untuk anaknya. Dan pada halaman belakang aku menemukan biodata dari si penulis sendiri. Juga ada ringkasan dari novel-novel OMEN series lainnya. langsung saja aku baca semuanya. Yang bikin aku makin penasaran untuk membaca ceritanya. Saat itu aku berniat menamatkannya hari itu juga. Biasanya novel-novel yang menarik minatku akan aku baca hingga tandas hari itu juga.
Pada bagian awal novel, jujur aja aku sangat tertarik membacanya. Karakter-karakter yang ada dalam novel ini menarik dan tampaknya sangat kuat sekali. Maksudnya mereka punya keunikan-keunikan mereka sendiri. Misalnya Nikki yang psychopat, Erika yang tomboy namun jenius, Rima yang katanya mirip sadako, Putri yang jutek namun punya kharisma, Aya si makelar yang matre, Damian yang sebetulnya baik namun menutupinya dari semua orang, Val yang low profile. Ada juga Gil, OJ, dan Vik. Terus juga ada karakter dari Jonathan yang dipanggil Om BR. Setiap bab berganti-ganti dengan POV dari setiap karakter yang aku sebutkan tadi. Dan menggunakan aku dalam setiap babnya, meskipun dalam kesehariannya terkadang karakter tersebut menggunakan Lo-Gue dengan teman-temannya.
Di awal memang sangat menarik. Pembaca bisa disuguhi dengan karakter yang berbeda-beda. Namun pas berada di tengah-tengah aku mulai merasa bosan. Ada beberapa sebab kenapa aku menjadi bosan membacanya. Pertama, meskipun para karakter terkadang melakukan tindakan sesuai dengan sifat mereka, penulis terlalu banyak menceritakan pikiran-pikiran si karakter. Semuanya diceritakan. Dan aku juga merasa alurnya terasa lambat sekali, terutama pada saat bagian awal menuju tengah. Peralihan antar karakter kayak nggak ada kejadian baru. Penulis menceritakan kejadian yang sama namun dengan sudut pandang karakter yang berbeda. Awalnya aku merasa terbantu sih, karena aku belum pernah membaca OMEN series sebelumnya. Paling tidak aku tahu kejadian-kejadian yang ada di series lainnya. Tetapi lama-kelamaan aku juga jadi bosan.
Kedua, aku merasa beberapa karakter nggak terlalu realistis jika dibandingkan dengan kehidupan nyata. Misalnya karakter para polisi yang setelah kejadian rumah Daniel diserang (bisa dilihat di halaman 161), mereka menggosipkan tentang Morgan atau Chef Juna yang ganteng. Aku sebelumnya belum pernah membaca series novel OMEN yang lainnya, jadi aku tidak tahu tentang karakter Inspektur Lukas ini atau para polisi lainnya. Tapi aku ngerasa kayaknya ada yang salah kalau seorang polisi dan terutama jika itu cowok, ngomongin soal selebritis mana yang ganteng. Meskipun ini adalah cerita fiksi, hanya saja menurutku agak terasa salah. Meskipun beberapa bagian yang nggak masuk akal ini emang lucu sih. Karena dalam kejadian nyata jika ini beneran terjadi, aku beneran bakal ngakak.
Pas bagian di tengah-tengah novel aku sempat berhenti membacanya. Mau melanjutkan pun malas. Padahal saat itu konflik utamanya baru dimulai. Namun akhirnya aku berusaha untuk menyelesaikan. Masih banyak novel-novel lainnya yang menunggu untuk dibaca soalnya, hehe. Dan setelah menyelesaikan novel ini, tidak mengecewakan kok. Aku suka sama endingnya yang nggak terlalu maksa.
Pada bagian konflik utama juga lumayan menarik minatku untuk menyelesaikan membaca novel ini. Mungkin karena setiap karakter saat itu terpisah-pisah jadi kejadian yang mereka alami berbeda, jadi penulis nggak mengulang kejadian yang sama untuk diceritakan. Bikin penasaran juga, karena aku pengin tahu apa yang terjadi pada setiap karakter pada pertempuran terakhir mereka dengan Nikki.
Endingnya juga keren. Kisah cinta Putri-Damian benar-benar nyesek ya. Lalu kisah cinta Val dan Les juga yang aku suka endingnya seperti itu. Penulis masih menyisakan misteri dan cerita yang belum terselesaikan pada akhir buku, yang bikin aku suka karena pembaca seperti aku bisa berimajinasi dan menebak-nebak apa yang terjadi pada setiap karakternya.
Kelebihan lainnya dari novel ini yaitu plotnya rapi banget. Nggak salah juga sih, penulis kan menyelesaikan dalam waktu setahun. Dan yang membuahkan hasil karena aku lihat ratingnya di goodreads dapat bintang 4 lebih. Keren banget kan? Meskipun yah, aku memberi rating 3,5 untuk novel ini. Kalau dari page 1 saat ini di review goodreads saat ini, aku lihat rata-rata memberikan rating 4 atau 5. Apa cuma aku yang ngasi rating 3 ya? Heheh. Tapi itu kembali lagi kepada penilaian setiap orang kan beda-beda yah.
Tapi serius deh, novel ini SANGAT layak untuk dibaca para remaja dan orang dewasa. Biasanya novel teenlit menceritakan tentang kisah percintaan melulu, kalo yang satu ini agak berbeda. Mungkin saat ini di dunia pernovelan Indonesia (ceilah), masih jarang banget novel teenlit yang bergenre thriller. Jadi yuk baca novelnya! :) (kok jadi promosi ya? -_-)