Minggu, 02 Desember 2018

Kembalilah


https://i-h2.pinimg.com/564x/b5/aa/f0/b5aaf03fe18d2b209412481d4dbf2111.jpg
sumber: pinterest


Aku duduk di depan beranda rumahku. Senja telah turun menuju peraduannya sejak sepuluh menit yang lalu, gelap perlahan mulai merambat di atas langit. Namun aku masih terpaku dengan perubahan itu. Masih kuingat tatkala kudengar Senja yang berbisik pelan kepada Langit sebelum beranjak pergi.

“Hei, aku akan kembali esok hari. Jangan bersedih. Aku akan kembali.”

Dan, seperti kekasih yang menaruh begitu percaya kepada pasangan yang dicintainya, langit merelakan kepergian senja. Pertemuan mereka memang begitu sebentar, namun langit akan menunggu pertemuan berikutnya dengan sabar. Seperti yang dikatakan oleh Senja, Langit mencoba untuk bersedih. Mereka akan bertemu kembali keesokan harinya. Langit begitu mempercayai Senja. Langit begitu mencintai Senja hingga mempercayainya saja. Padahal, siapa yang akan tahu apa yang akan terjadi keesokan harinya?

Ingin kupukpuk punggung Langit dan memberikannya sebaris kata penuh simpati. “Aku mengerti apa yang kau rasakan, kekasihku pun berjanji akan kembali.”

“Kapan?” Langit bertanya.

“Secepatnya.”

“Kau mempercayainya?”

“Seperti kau dan aku, apalagi yang bisa aku percaya selain harapan?”

Karena, tidak ada janji maupun ikatan. Aku memilih percaya kau akan kembali dan kita akan bertemu lagi. Secepatnya. Seperti yang pernah kau katakan.

Langit kembali kepada heningnya dan tenggelam dalam muram penuh durja. Jauh berkilo meter di bawahnya, aku pun larut di dalam pikiranku sendiri akan janji dan bayang terakhir kali aku bertemu dengan dirimu. Sekelumit pertanyaan itu kembali berdengung kembali di dalam pikiranku. Akankah kita bertemu lagi? Apakah kau ingin menemuiku lagi?

Tepat ketika dengungnya semakin keras, aku tersentak.

“Ondeh, anak gadih. Ndak elok manuang-manuang di lua do. Iko ciek, anak bujang alah sanjo sibuk juo jo hapenyo.”

Aku meilirik kakak lakiku yang juga kini sedang dijewer oleh ibuku dan mengaduh-ngaduh sembari berdiri dari tempatnya. Aku terkikik.

Terima kasih Ibu, telah menarikku kembali ke kenyataan.


______________ 

Terinspirasi dari Say You Won't Let Go - James Arthur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Awal yang Baru

source: pinterest.com Dari luar jendela, kudengar rintik hujan mengetuk-ngetuk bumi. Kubuka pintu kamar dan berjalan menuju balkon. Ku...